Sabtu, 28 Juli 2012

Pencipta Lontara Makassar

Daeng Pamatte’ Pencipta Aksara Lontara

Daeng Pamatte’ lahir di Kampung Lakiung (Gowa). Beliau adalah salah seorang tokoh sejarah Kerajaan Gowa, kerajaan SUKU MAKASSAR, yang tidak dapat dilupakan karena karya besar yang ditinggalkannya. Bagi masyarakat Sulawesi Selatan, menyebut nama Daeng Pamatte’, orang lantas mengingat karyanya yaitu huruf Lontara. Dia dikenal sebagai pencipta huruf Lontara Makassar dan pengarang buku Lontara Bilang Gowa Tallo.

Pada masa Kerajaan Gowa diperintah Raja Gowa ke IX Karaeng Tumapakrisi Kallonna, tersebutlah Daeng Pamatte’ sebagai seorang pejabat yang dikenal karena kepandaiannya. Tidak heran apabila ia dipercaya oleh Baginda untuk memegang dua jabatan penting sekaligus dalam pemerintahan yaitu sebagai “sabannara” (syahbandar) merangkap “Tumailalang” (Menteri Urusan Istana Dalam dan Luar Negeri) yang bertanggung jawab mengurus kemakmuran dan pemerintahan Gowa.Lahirnya Aksara LontaraLahirnya karya bersejarah yang dibuat “Daeng Pamatte” bermula karena ia diperintah oleh Karaeng Tumapakrisi Kallonna untuk mencipta huruf Makassar. Hal ini mungkin didasari kebutuhan dan kesadaran dari Baginda waktu itu, agar pemerintah kerajaan dapat berkomunikasi secara tulis-menulis, dan agar peristiwa-peristiwa kerajaan dapat dicatat secara tertulis. Maka Daeng Pamatte’ pun melaksanakan dan berhasil memenuhinya. Dimana ia berhasil mengarang Aksara Lontara yang terdiri dari 18 huruf . Lontara ciptaan Daeng Pamatte ini dikenal dengan istilah Lontara Toa (het oude Makassarche letters chrif) atau Lontara Jangang-Jangang (burung) karena bentuknya seperti burung. Juga ada pendapat yang mengatakan dasar pembentukan aksara Lontara dipengaruhi oleh huruf Sangsekerta.
Kemudian Lontara ciptaan Daeng Pamatte’ ini, mengalami perkembangan dan perubahan secara terus menerus sampai pada abad ke XIX. Perubahan huruf tersebut baik dari segi bentuknya maupun jumlahnya yakni 18 menjadi 19 dengan ditambahkannya satu huruf yakni “ha” sebagai pengaruh masuknya Islam. (Monografi Kebudayaan Makassar di Sulawesi Selatan 1984 : 11).
Dari Lontara Jangang-Jangan ke Belah Ketupat
Jenis aksara Lontara yang pertama sebagaimana disebutkan diatas adalah Lontara Jangang-Jangang atau Lontara Toa. Aksara itu tercipta dengan memperhatikan bentuk burung dari berbagai gaya, seperti burung yang sedang terbang dengan huruf “Ka” burung hendak turun ke tanah dengan huruf “Nga”, bentuk burung dari ekor, badan dan leher dengan lambang huruf “Nga”. Lontara Jangang-Jangan ini digunakan untuk menulis naskah perjanjian Bungaya. Kemudian akibat dari pengaruh Agama Islamsebagai agama Kerajaan Gowa, maka bentuk huruf pun berubah mengikuti simbol angka dan huruf Arab, seperti huruf Arab nomor 2 diberi makna huruf “ka” angka Arab nomor 2 dan titik dibawak diberi makna “Ga” angka tujuh dengan titik diatas diberi makna “Nga”, juga bilangan arab lainnya yang jumlahnya 18 huruf . Aksara Lontara ini disebut juga Lontara Bilang-Bilang (Bilang-Bilang = Hitungan). Lontara Bilang-Bilang ini diperkirakan muncul pada abad 16 yakni pada masa pemerintahan Raja Gowa XIV Sultan Alauddin (1593-1639). Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi lagi perubahan (penyederhanaan) dengan mengambil bentuk huruf dari Belah Ketupat.Siapa yang melaksanakan penyederhanaan Aksara Makassar itu menurut HD Mangemba, tidaklah diketahui tetapi berdasarkan jumlah aksara yang semula 18 hurufdan kini menjadi 19 huruf, dapat dinyatakan bahwa penyederhanaan itu dilakukan setelah masuknya Islam. Huruf tambahan akibat pengaruh Islam dari bahasa arab tersebut, huruf “Ha”.Dalam pada itu, dalam versi lain Mattulada berpendapat bahwa justeru Daeng Pamatte jugalah yang menyederhanakan dan melengkapi lontara Makassar itu, menjadi sebagaimana adanya sekarang. Dari ke-19 huruf Lontara Makassar itulah, kemudian dalam perkembangannya untuk keperluan bahasa Bugis ditambahkan empat huruf, yaitu ngka, mpa, nra dan nca sehingga menjadi menjadi 23 huruf sebagaimana yang dikenal sekarang ini dengan nama Aksara Lontara Bugis Makassar.**

sumber : http://adhiehr.blogspot.com

Sejarah Kota Makassar

Sejarah Kota Makassar
Selasa, 31 Maret 2009 19:19
Awal Kota dan bandar makassar berada di muara sungai Tallo dengan pelabuhan niaga kecil di wilayah itu pada penghujung abad XV. Sumber-sumber Portugis memberitakan, bahwa bandar Tallo itu awalnya berada dibawah Kerajaan Siang di sekitar Pangkajene, akan tetapi pada pertengahan abad XVI, Tallo bersatu dengan sebuah kerajaan kecil lainnya yang bernama Gowa, dan mulai melepaskan diri dari kerajaan Siang, yang bahkan menyerang dan menaklukan kerajaan-kerajaan sekitarnya. Akibat semakin intensifnya kegiatan pertanian di hulu sungai Tallo, mengakibatkan pendangkalan sungai Tallo, sehingga bandarnya dipindahkan ke muara sungai Jeneberang, disinilah terjadi pembangunan kekuasaan kawasan istana oleh para ningrat Gowa-Tallo yang kemudian membangun pertahanan benteng Somba Opu, yang untuk selanjutnya seratus tahun kemudian menjadi wilayah inti Kota Makassar.
Pada masa pemerintahan Raja Gowa XVI ini didirikan pula Benteng Rotterdam di bagian utara, Pemerintahan Kerajaan masih dibawah kekuasaan Kerajaan Gowa, pada masa itu terjadi peningkatan aktifitas pada sektor perdagangan lokal, regional dan Internasional, sektor politik serta sektor pembangunan fisik oleh kerajaan. Masa ini merupakan puncak kejayaan Kerajaan Gowa, namun selanjutnya dengan adanya perjanjian Bungaya menghantarkan Kerajaan Gowa pada awal keruntuhan. Komoditi ekspor utama Makassar adalah beras, yang dapat ditukar dengan rempah-rempah di Maluku maupun barang-barang manufaktur asal Timur Tengah, India dan Cina di Nusantara Barat. Dari laporan Saudagar Portugal maupun catatan-catatan lontara setempat, diketahui bahwa peranan penting Saudagar Melayu dalam perdagangannya yang berdasarkan pertukaran surplus pertanian dengan barang-barang impor itu. Dengan menaklukkan kerajaan¬kerajaan kecil disekitarnya, yang pada umumnya berbasis agraris pula, maka Makassar meningkatkan produksi komoditi itu dengan berarti, bahkan, dalam menyerang kerajaan-kerajaan kecil tainnya, para ningrat Makassar bukan hanya menguasai kawasan pertanian lawan-tawannya itu, akan tetapi berusaha pula untuk membujuk dan memaksa para saudagar setempat agar berpindah ke Makassar, sehingga kegiatan perdagangan semakin terkonsentrasi di bandar niaga baru itu.
Dalam hanya seabad saja, Makassar menjadi salah satu kota niaga terkemuka dunia yang dihuni lebih 100.000 orang (dan dengan ini termasuk ke-20 kota terbesar dunia Pada zaman itu jumlah penduduk Amsterdam, kota terbesar musuh utamanya, Belanda, baru mencapai sekitar 60.000 orang) yang bersifat kosmopolitan dan multikultural. Perkembangan bandar Makasar yang demikian pesat itu, berkat hubungannya dengan perubahan¬-perubahan pada tatanan perdagangan internasional masa itu. Pusat utama jaringan perdagangan di Malaka, ditaklukkan oleh Portugal pada tahun 1511, demikian di Jawa Utara semakin berkurang mengikuti kekalahan armada lautnya di tangan Portugal dan pengkotak-kotakan dengan kerajaan Mataram. Bahkan ketika Malaka diambil-alih oleh Kompeni Dagang Belanda VOC pada tahun 1641, sekian banyak pedagang Portugis ikut berpindah ke Makassar.
Sampai pada pertengahan pertama abad ke-17, Makassar berupaya merentangkan kekuasaannya ke sebagian besar Indonesia Timur dengan menaklukkan Pulau Selayar dan sekitarnya, kerajaan-kerajaan Wolio di Buton, Bima di Sumbawa, Banggai dan Gorontalo di Sulawesi bagian Timur dan Utara serta mengadakan perjanjian dengan kerajaan-kerajaan di Seram dan pulau-pulau lain di Maluku. Secara internasional, sebagai salah satu bagian penting dalam Dunia Islam, Sultan Makassar menjalin hubungan perdagangan dan diplomatik yang erat dengan kerajaan¬-kerajaan Banten dan Aceh di Indonesia Barat, Golconda di India dan Kekaisaran Otoman di Timur Tengah.

Hubungan Makassar dengan Dunia Islam diawali dengan kehadiran Abdul Ma'mur Khatib Tunggal atau Dato' Ri Bandang yang berasal dari Minangkabau Sumatera Barat yang tiba di Tallo (sekarang Makassar) pada bulan September 1605. Beliau mengislamkan Raja Gowa ke-XIV I¬MANGNGARANGI DAENG MANRABIA dengan gelar SULTAN ALAUDDIN (memerintah 1593-1639), dan dengan Mangkubumi I- MALLINGKAANG DAENG
MANYONRI KARAENG KATANGKA yang juga sebagai Raja Tallo. Kedua raja ini, yang mulai memeluk Agama Islam di Sulawesi Selatan. Pada tanggal 9
Nopember 1607, tepatnya hari Jum’at, diadakanlah sembahyang Jum’at pertama di Mesjid Tallo dan dinyatakan secara resmi penduduk Kerajaan Gowa-Tallo tetah memeluk Agama Islam, pada waktu bersamaan pula, diadakan sembahyang Jum’at di Mesjid Mangallekana di Somba Opu. Tanggal inilah yang selanjutnya diperingati sebagai hari jadi kota Makassar sejak tahun 2000, yang sebelumnya hari jadi kota Makassar jatuh pada tanggal 1 April.
Para ningrat Makassar dan rakyatnya dengan giat ikut dalam jaringan perdagangan internasional, dan interaksi dengan komunitas kota yang kosmopolitan itu me¬nyebabkan sebuah "creative renaissance" yang menjadikan Bandar Makassar salah satu pusat ilmu pengetahuan terdepan pada zamannya. Koleksi buku dan peta, sesuatu yang pada zaman itu masih langkah di Eropa, yang terkumpul di Makassar, konon merupakan salah satu perpustakaan ilmiah terbesar di dunia, dan para sultan tak segan-segan memesan barang-barang paling mutakhir dari seluruh pelosok bumi, termasuk bola dunia dan teropong terbesar pada waktunya, yang dipesan secara khusus
dari Eropa. Ambisi para pemimpin Kerajaan Gowa-Tallo untuk semakin memper-luas wilayah kekuasaan serta persaingan Bandar Makassar dengan Kompeni Dagang Belanda VOC berakhir dengan perang paling dahsyat dan sengit yang pernah dijalankan Kompeni. Pasukan Bugis, Belanda dan sekutunya dari Ternate, Buton dan Maluku memerlukan tiga tahun operasi militer di seluruh kawasan Indonesia Timur. Baru pada tahun 1669, akhirnya dapat merata-tanahkan kota Makassar dan benteng terbesarnya, Somba Opu.
Bagi Sulawesi Selatan, kejatuhan Makassar di tangan federasi itu merupakan sebuah titik balik yang berarti Bandar Niaga Makassar menjadi wilayah kekuasaan VOC, dan beberapa pasal perjanjian perdamaian membatasi dengan ketat kegiatan pelayaran antar-pulau Gowa-Tallo dan sekutunya. Pelabuhan Makassar ditutup bagi pedagang asing, sehingga komunitas saudagar hijrah ke pelabuhan-pelabuhan lain.
Pada beberapa dekade pertama setelah pemusnahan kota dan bandar Makassar, penduduk yang tersisa membangun sebuah pemukiman baru di sebelah utara bekas Benteng Ujung Pandang; benteng pertahanan pinggir utara kota lama itu pada tahun 1673
ditata ulang oleh VOC sebagai pusat pertahanan dan pemerintahan dan diberi nama barunya Fort Rotterdam, dan 'kota baru' yang mulai tumbuh di sekelilingnya itu dinamakan 'Vlaardingen'. Pemukiman itu jauh lebih kecil daripada Kota Raya Makassar yang telah dihancurkan. Pada dekade pertama seusai perang, seluruh kawasan itu dihuni tidak lebih 2.000 jiwa; pada pertengahan abad ke-18 jumlah itu meningkat menjadi sekitar 5.000 orang, setengah di antaranya sebagai budak.
Selama dikuasai VOC, Makassar menjadi sebuah kota yang tertupakan. “Jan Kompeni” maupun para penjajah kolonial pada abad ke-19 itu tak mampu menaklukkan jazirah Sulawesi Selatan yang sampai awal abad ke-20 masih terdiri dari selusinan kerajaan kecil yang independen dari pemerintahan asing, bahkan sering harus mempertahankan diri terhadap serangan militer yang ditancurkan kerajaan-kerajaan itu. Maka, 'Kota Kompeni' itu hanya berfungsi sebagai pos pengamanan di jalur utara perdagangan rempah-rempah tanpa hinterland - bentuknya pun bukan 'bentuk kota', tetapi suatu aglomerasi kampung-kampung di pesisir pantai sekeliling Fort Rotterdam.
Pada awalnya, kegiatan perdagangan utama di beras Bandar Dunia ini adalah pemasaran budak serta menyuplai beras kepada kapal¬kapal VOC yang menukarkannya dengan rempah-rempah di Maluku. Pada tahun 30-an di abad ke-18, pelabuhan Makassar dibuka bagi kapal-kapal dagang Cina. Komoditi yang dicari para saudagar Tionghoa di Sulawesi, pada umumnya berupa hasil laut dan hutan seperti teripang, sisik penyu, kulit kerang, sarang burung dan kayu cendana, sehingga tidak dianggap sebagai langganan dan persaingan bagi monopoli jual-beli rempah-rempah dan kain yang didirikan VOC.
Sebaliknya, barang dagangan Cina, Terutama porselen dan kain sutera, dijual para saudagarnya dengan harga yang lebih murah di Makassar daripada yang bisa didapat oleh pedagang asing di Negeri Cina sendiri. Adanya pasaran baru itu, mendorong kembali aktivitas maritim penduduk kota dan kawasan Makassar. Terutama penduduk pulau-pulau di kawasan Spermonde mulai menspesialisasikan diri sebagai pencari teripang, komoditi utama yang dicari para pedagang Cina, dengan menjelajahi seluruh Kawasan Timur Nusantara untuk men¬carinya; bahkan, sejak pertengahan abad ke-18 para
nelayan-pelaut Sulawesi secara rutin berlayar hingga pantai utara Australia, di mana mereka tiga sampai empat bulan lamanya membuka puluhan lokasi pengolahan teripang. Sampai sekarang, hasil laut masih merupakan salah satu mata pencaharian utama bagi penduduk pulau-pulau dalam wilayah Kota Makassar.
Setetah Pemerintah Kolonial Hindia Belanda menggantikan kompeni perdagangan VOC yang bangkrut pada akhir abad ke-18, Makassar dihidupkan kembali dengan menjadikannya sebagai pelabuhan bebas pada tahun 1846. Tahun-tahun berikutnya menyaksikan kenaikan volume perdagangan yang pesat, dan kota Makassar berkembang dari sebuah pelabuhan backwater menjadi kembali suatu bandar internasional.
Dengan semakin berputarnya roda perekonornian Makassar, jumlah penduduknya meningkat dari sekitar 15.000 penduduk pada pertengahan abad ke-19 menjadi kurang lebih 30.000 jiwa pada awal abad berikutnya. Makassar abad ke-19 itu dijuluki "kota kecil terindah di seluruh Hindia-Belanda" (Joseph Conrad, seorang penulis Inggris-Potandia terkenal),dan menjadi salah satu port of call utama bagi baik para pelaut-pedagang Eropa, India dan Arab dalam pemburuan hasil-hasil hutan yang amat laku di pasaran dunia maupun perahu-perahu pribumi yang beroperasi di antara Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.
Pada awal abad ke-20, Belanda akhirnya menaklukkan daerah¬daerah independen di Sulawesi, Makassar dijadikan sebagai pusat pemerintahan kolonial Indonesia Timur. Tiga-setengah dasawarsa Neerlandica, kedamaian di bawah pemerintahan kolonial itu adalah masa tanpa perang paling lama yang pernah dialami Sulawesi Selatan, dan sebagai akibat ekonominya berkembang dengan pesat. Penduduk Makassar dalam kurun waktu itu meningkat sebanyak tiga kali lipat, dan wilayah kota diperluas ke semua penjuru. Dideklarasikan sebagai Kota Madya pada tahun 1906, Makassar tahun 1920-an adalah kota besar kedua di luar Jawa yang membanggakan dirinya dengan sembilan perwakilan asing, sederetan panjang toko di tengah kota yang menjual barang-barang mutakhir dari seluruh dunia dan kehidupan sosial-budaya yang dinamis dan kosmopolitan.
Perang Dunia Kedua dan pendirian Republik Indo¬nesia sekali lagi mengubah wajah Makassar. Hengkangnya sebagian besar warga asingnya pada tahun 1949 dan nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing pada akhir tahun 1950-an menjadi¬kannya kembali sebuah kota provinsi. Bahkan, sifat asli Makassar-pun semakin menghilang dengan kedatangan warga baru dari daerah-daerah pedalaman yang berusaha menyelamatkan diri dari kekacauan akibat berbagai pergolakan pasca¬ revolusi. Antara tahun 1930-an sampai tahun 1961 jumlah penduduk meningkat dari kurang lebih 90.000 jiwa menjadi hampir 400.000 orang, lebih daripada setengahnya pendatang baru dari wilayah luar kota. Hal ini dicerminkan dalam penggantian nama kota menjadi Ujung Pandang berdasarkan julukan ”Jumpandang” yang selama berabad-abad lamanya menandai Kota Makassar bagi orang pedalaman pada tahun 1971. Baru pada tahun 1999 kota ini dinamakan kembali Makassar, tepatnya 13 Oktober berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999 Nama Ujung Pandang dikembalikan menjadi Kota Makassar dan sesuai Undang-Undang Pemerintahan Daerah luas wilayah bertambah kurang lebih 4 mil kearah laut 10.000 Ha, menjadi 27.577Ha

ASAL-USUL NAMA KOTA MAKASSAR 

 

Kota Makassar adalah salah satu kota metropolitan yang berada di provinsi Sulawesi Selatan. Nama Makassar yang disematkan pada kota ini bukan hanya sekedar nama, sejarah yang panjang dimasa lampau membuat nama MAKASSAR ini sakral untuk digunakan kepada kota dengan julukan Kota Daeng maupun Kota Angin Mammiri ini.

Tiga hari berturut-turut Baginda Raja Tallo ke-VI mangkubumi kerajaan Gowa, I Mallingkang Daeng Mannyonri KaraEng Katangka yang merangkapTuma'bicara Butta ri Gowa (lahir tahun 1573), bermimpi melihat cahaya bersinar yang muncul dari Tallo. Cahaya kemilau nan indah itu memancar keseluruh Butta Gowa lalu ke negeri sahabat lainnya.

Bersamaan di malam ketiga itu, yakni malam Jum'at tanggal 9 Jumadil awal 1014 H atau tanggal 22 September 1605 M, dibibir pantai Tallo merapat sebuah perahu kecil, layarnya terbuat dari sorban berkibar kencang. Nampak sesosok lelaki menambatkan perahunya lalu melakukan gerakan-gerakan aneh. Lelaki  itu ternyata melakukan sholat.

Cahaya yang terpancar dari tubuh lelaki itu menjadikan pemandangan yang menggemparkan penduduk Tallo pada waktu itu, yang sontak ramai membicarakannya hingga sampai ketelinga Baginda KaraEng Katangka. Karena rasa penasaran Baginda ingin melihat lelaki tersebut, Dipagi yang buta Baginda bergegas ke pantai. Tiba-tiba lelaki itu sudah muncul "menghadang" di gerbang istana. Berjubah putih dan sorban hijau. Wajahnya teduh dan seluruh tubuhnya memancarkan cahaya.

Lelaki itu menjabat tangan Baginda Raja yang tengah kaku lantaran takjub akan kehadirannya dengan tiba-tiba. Digenggamnya tangan Baginda lalu menulis kalimat di telapak tangan Baginda "pPerlihatkan tulisan ini pada lelaki yang sebentar lagi datang merapat kepantai," perintah lelaki itu lalu menghilang begitu saja. Baginda terperanjat, seakan tak percaya Baginda meraba-raba matanya untuk memastikan dia tidak sedang bermimpi. Dilihatnya telapak tangannya tulisan itu ternyata jelas adanya. Baginda KaraEng Katangka lalu bergegas ke pantai. Betul saja, tampak seorang lelaki yang sedang menambatkan perahunya, dan Baginda pun menyambut beliau.

Singkat cerita, Baginda menceritakan apa yang Baginda alami di pagi buta itu dan menunjukkan tulisan di telapak tangannya pada lelaki itu. "Berbahagialah Baginda. Tulisan ini adalah dua kalimat syahadat," kata lelaki itu. Adapun lelaki yang menuliskannya adalah Nabi Muhammad SAW sendiri . Baginda, Nabi Muhammad telah menampakkan diri di Negeri Baginda.

Peristiwa ini dipercaya sebagai asal-usul nama "Makassar" yang di ambil dari nama "Makkasaraki Nabbiya", yang artinya Nabi menampakkan diri. Adapun lelaki yang mendarat di pantai Tallo itu adalah Abdul Ma'mur Khatib Tunggal yang di kenal sebagai Dato' ri Bandang, berasal dari Kota Tengah (Minangkabau, Sumatera Barat).

Baginda Raja Tallo I Mallingkang Daeng Mannyonri KaraEng Katangka setelah memeluk agama Islam kemudian bergelar Sultan Abdullah Awaluddin Awawul Islam KaraEng Tallo Tumenanga ri Agamana. Beliau adalah Raja pertama yang memeluk agama islam didaratan Sulawesi - Selatan.



Senin, 09 Juli 2012

EMcs#sebarkan

Bahwasanya kami adalah sekumpulan orang-orang yang berjiwa seni, memiliki pola pikir yang efektif, memiliki rasa persaudaraan dan kebersamaan yang terjaga didalam setiap pergerakan kami. Kami sadar bahwa kami tidak ada apa-apanya diantara anda-anda sekalian, tetapi kami tahu bahwa kami bisa merubah dan melakukan apa yang orang-orang tidak mampu lakukan. Maka dari itu, hilangkanlah PARADIGMA-PARADIGMA negatif anda terhadap kami ! Karena kami adalah EMcs#sebarkan


carutu (carita campur attu') dulu yah gan :D



Neeh dia kebersamaan EMcs#sebarkan









Dari pada pusing, mending lihat personel (pendiri) EMcs#sebarkan (hehehe..kyk anak band aja yah)


taaaaddaaaaa...!!! wkwkwkwkwwk :D









Muh. Afdal Reskyanto
(Akhira Mitsuyamiamoto)
Asal                     : Kota Makassar
Spesialisasi           : Tinju


Emmi Selpiani (Emmi Selpiani B'juank)

Asal                  : Kab. Soppeng
Spesialisasi        : Silat



Rifai Mawardi (Rifai Pong Samanya )




Asal                 : Kota Palopo
Spesialisasi       : Basket Ball


Irnawati ( Irnha Cm Pabeangi)


Asal                     : Masamba
Spesialisasi           : Basket Ball


Eko Thaufiq Imam (Thaufieq Muh. Bahri)  



Asal                   : Kab. Bulukumba
Spesialisasi         : Balap Motor

Inilah Benteng Terkuat di Indonesia


ILMUWAN Inggris, Alfred Wallace, menyatakan, Benteng Somba Opu adalah benteng terkuat yang pernah dibangun orang nusantara. Benteng ini adalah saksi sejarah kegigihan Sultan Hasanuddin serta rakyatnya mempertahankan kedaulatan negerinya.
Benteng Somba Opu terletak di Jl Daeng Tata, Kelurahan Benteng Somba Opu, Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa. Jaraknya sekitar enam kilometer sebelah selatan pusat Kota Makassar.
Pernyataan Wallace bisa jadi benar. Begitu memasuki kawasan Benteng Somba Opu, akan segera terlihat tembok benteng yang kokoh. Menggambarkan sistem pertahanan yang sempurna pada zamannya. Meski terbuat dari batu bata merah, dilihat dari ketebalan dinding, dapatlah terbayangkan betapa benteng ini amat sulit ditembus dan diruntuhkan.
Ada tiga bastion yang masih terlihat sisa-sisanya, yaitu bastion di sebelah barat daya, bastion tengah, dan bastion barat laut. Yang terakhir ini disebut Buluwara Agung. Di bastion inilah pernah ditempatkan sebuah meriam paling dahsyat yang dimiliki orang Indonesia. Namanya Meriam Anak Makassar. Bobotnya mencapai 9.500 kg, dengan panjang 6 meter, dan diameter 4,14 cm.
Sebenarnya, Benteng Somba Opu sekarang ini lebih tepat dikatakan sebagai reruntuhan dengan sisa-sisa beberapa dinding yang masih tegak berdiri. Bentuk benteng ini pun belum diketahui secara persis meski upaya ekskavasi terus dilakukan. Tetapi menurut peta yang tersimpan di Museum Makassar, bentuk benteng ini adalah segi empat.
Di beberapa bagian terdapat patok-patok beton yang memberi tanda bahwa di bawahnya terdapat dinding yang belum tergali. Memang, setelah berhasil mengalahkan pasukan Kerajaan Gowa yang dipimpin Sultan Hasanuddin, Belanda menghancurkan benteng ini. Selama ratusan tahun, sisa-sisa benteng terbenam di dalam tanah akibat naiknya sedimentasi dari laut.
Secara arsitektural, begitu menurut peta dokumen di Museum Makassar, benteng ini berbentuk segi empat dengan luas total 1.500 hektar. Memanjang 2 kilometer dari barat ke timur. Ketinggian dinding benteng yang terlihat saat ini adalah 2 meter. Tetapi dulu, tinggi dinding sebenarnya adalah antara 7-8 meter dengan ketebalan 12 kaki atau 3,6 meter.
Benteng Somba Opu sekarang ini berada di dalam kompleks Miniatur Sulawesi Selatan. Wisatawan dapat menikmati bentuk-bentuk rumah tradisional Sulawesi Selatan seperti rumah tradisional Makassar, Bugis, Toraja, dan Mandar tak jauh dari benteng. Di dalam kompleks ini pula setiap tahun digelar Pameran Pembangunan Sulawesi Selatan.
Benteng Somba Opu dapat diakses dari pusat Kota Makassar (Lapangan Karebosi) dengan angkutan kota (petepete) atau taksi. Jika menggunakan angkutan kota, dari Lapangan Karebosi menumpang angkutan kota jurusan Cenderawasih. Dari Cenderawasih berganti angkutan menuju Benteng Somba Opu.

SUKU MAKASSAR

Suku Makassar adalah nama Melayu untuk sebuah etnis yang mendiami pesisir selatan pulau Sulawesi. Lidah Makassar menyebutnya Mangkassara' berarti Mereka yang Bersifat Terbuka. Etnis Makassar ini adalah etnis yang berjiwa penakluk namun demokratis dalam memerintah, gemar berperang dan jaya di laut. Tak heran pada abad ke-14-17, dengan simbol Kerajaan Gowa, mereka berhasil membentuk satu wilayah kerajaan yang luas dengan kekuatan armada laut yang besar berhasil membentuk suatu Imperium bernafaskan Islam, mulai dari keseluruhan pulau Sulawesi, kalimantan bagian Timur, NTT, NTB, Maluku, Brunei, Papua dan Australia bagian utara. Mereka menjalin Traktat dengan Bali, kerjasama dengan Malaka dan Banten dan seluruh kerajaan lainnya dalam lingkup Nusantara maupun Internasional (khususnya Portugis). Kerajaan ini juga menghadapi perang yang dahsyat dengan Belanda hingga kejatuhannya akibat adudomba Belanda terhadap Kerajaan taklukannya. Berbicara tentang Makassar maka adalah identik pula dengan suku Bugis yang serumpun. Istilah Bugis dan Makassar adalah istilah yang diciptakan oleh Belanda untuk memecah belah kedua etnis ini. Hingga pada akhirnya kejatuhan Kerajaan Makassar pada Belanda, segala potensi dimatikan, mengingat Suku ini terkenal sangat keras menentang Belanda. Dimanapun mereka bertemu Belanda, pasti diperanginya. Beberapa tokoh sentral Gowa yang menolak menyerah seperti Karaeng Galesong, hijrah ke Tanah Jawa memerangi Belanda disana. Bersama armada lautnya yang perkasa, memerangi setiap kapal Belanda yang mereka temui
Pada dasarnya masyarakat masyarakat asli makassar ada pada kabupaten gowa dimana dahulu kala gowa adalah sebua kerajaan besar yang mencakup banyak kekuasaan bahkan kekuasaanya mencapai afrika selatan dan brunai darusalam itu adalah masa kejayaan kerajaan gowa pada masa pemerintahan sutltan hasanuddin yang sering di gelar ayam jantan dari timur, namun pada masa perlawanan melawan penjajah kerajaan gowa mengalami kekalahan perang melawan belanda dan kerajaan bone pada masa itu sehingga hal itu membuat banyak kekacauan dan kerugian besar bagi masyarakat gowa.
Sejak saat itulah banyak orang orang makassar yang mayoritas berbahasa asli  makassar yang berpindah ke daerah pegunungan selain untuk membuat strategi perang juga melakukan perang secara gerilya di hutan hutan gunung lompo battang, banyak sekali orang makassar membentuk kelompok-kelompok kecil dan membuat latihan perang mereka, kepergian mereka dari kerajaan gowa bukanlah tanpa alasan, karna pada masa pemerintahan anak sultan hasanuddin saat itu orang gowa harus menerima sebuah perjanjian yang amat merugikan masyarakat gowa maka dari itulah banyak orang gowa yang pergi meninggalkan ibukota kerajaan dan beralih memasuki hutan gunung lompobattang dan sejak saat itulah mereka mulai menetap di sana dan pada masa kemerdekaan mereka mulai membangun pedesaan pedesaan yang mereka huni sampai sekarang.
Bahasa asli makassar sebenarnya masih terjaga baik di daerah gowa bagian selatan tepatnya di kaki gunung lompobattang dimana di desa desa ini keaslian bahasa masih terjamin karena belum tercampuri oleh perkembangan bahasa moderen maupun teknologi,.
Di banyak tempat di kabupaten gowa ini memang mayoritas orang makassar dan berbahasa makassar namun juga sudah banyak sekali bahasa makassar yang asli yang di hilangkan bahkan sudah banyak bahasa makassar yang tercampur dengan bahasa bugis, konjo dan lain lain padahal bahasa asli orang makassar adalah bahasa makassar (lontara,) bukan konjo ataupun yang lainya.
Di zaman sekarang ini sudah sangat susah menemukan orang yang berbahasa makassar secara original atau asli, Namun kita masih bisa menemukan bahasa alsli makassar di daerah itu seperti di (lembang bu’ne, lembayya, cikoro, datara, tanete, dan seputaran malakaji. Berikut adalah daftar kabupaten di sulawesi selatan yang memakai bahasa makassar dalam keseharian :
1.   Gowa
2.   Takalar
3.   Jeneponto
4.   Bantaeng
5.   Bulukumba
                                                     
Perkembangan Religi / Agama
Sejak dahulu, masyarakat Sulawesi Selatan telah memiliki aturan tata hidup. Aturan tata hidup tersebut berkenaan dengan, sistem pemerintahan, sistem kemasyarakatan dan sistem kepecayaan. Orang Bugis menyebut keseluruhan sistem tersebut Pangngadereng, orang Makassar Pangadakang, Orang Luwu menyebutnya Pangngadaran, Orang Toraja Aluk To Dolo dan Orang MandarAda’.
Dalam hal kepercayaan penduduk Sulawesi Selatan telah percaya kepada satu Dewa yang tunggal. Dewa yang tunggal itu disebut dengan istilah Dewata SeuwaE (dewa yang tunggal). Terkadang pula disebut oleh orang Bugis dengan istilah PatotoE (dewa yang menentukan nasib). Orang Makassar sering menyebutnya dengan Turei A’rana (kehendak yang tinggi). Orang Mandar Puang Mase (yang maha kedendak) dan orang Toraja menyebutnya Puang Matua (Tuhan yang maha mulia).
Mereka pula mempercayai adanya dewa yang bertahta di tempat-tempat tertentu. Seperti kepercayaan mereka tentang dewa yang berdiam di Gunung Latimojong. Dewa tersebut mereka sebut dengan nama Dewata Mattanrue. Dihikayatkan bahwa dewa tersebut kawin dengan Enyi’li’timo’ kemudian melahirkanPatotoEDewa PatotoE kemudian kawin dengan Palingo dan melahirkan Batara Guru. Batara Guru dipercaya oleh sebagian masyarakat Sulawesi Selatan sebagai dewa penjajah. Ia telah menjelajahi seluruh kawasan Asia dan bermarkas di puncak Himalaya. Kira-kira satu abad sebelum Masehi Batara Guru menuju ke Cerekang Malili dan membawa empat kasta. Keempat kasta tersebut adalah kasta Puang, kastaPampawa Opu, kasta Attana Lang, dan kasta orang kebanyakan.

Perkembangan Bahasa 
Selain itu Batara Guru juga dipercaya membawa enam macam bahasa. Keenam bahasa tersebut dipergunakan di daerah-daerah jajahannya. Keenam bahasa itu adalah:
a. Bahasa TaE atau To’da. Bahasa ini dipergunakan masyarakat yang bermukim di wilayah Tana Toraja , Massenrengpulu dan sekitarnya. Mereka dibekali dengan kesenian yang bernama Gellu’.
b. Bahasa Bare’E. Bahasa ini dipergunakan oleh masyarakat yang bermukim di wilayah Poso Sulawesi Tengah. Mereka dibekali dengan kesenian yang disebutnya Menari.
c. Bahasa Mengkokak, bahasa ini dipergunakan oleh masyarakat yang bermukim di wilayah Kolaka dan Kendari Sulawesi Tenggara. Mereka pula dibekali dengan kesenian, yang namanya Lulo’.
d. Bahasa Bugisi. Bahasa ini dipergunakan oleh masyarakat yang bermukim di Wajo seluruh daerah disekitarnya dan dibekali dengan kesenian Pajjaga.
e. Bahasa Mandar. Bahasa ini dipergunakakan oleh masyarakat yang berdiam di wilayah Mandar dan sekitarnya. Mereka dibekai dengan kesenian Pattundu.
f  Bahasa Tona. Bahasa ini dipergunakan oleh masyarakat yang bermukim di wilayah Makassar dan sekitarnya. Mereka dibekali dengan kesenian dan sebutnya Pakkarena.

 Proses Asimilasi dan Enkulturasi Pada Suku Makassar
Pada proses asimilasi Suku Makassar terdapat percampuran dari budaya asing yang masuk ke suku makassar dan kemudian menjadi bagian dari adat masyarakat suku makassar. Seperti pada upacara kematian suku makassar, terdapat suatu tradisi yaitu membuat usungan (ulureng) untuk golongan to sama’ (tau samara = orang kebanyakan) atau Walasuji ( untuk golongan bangsawan ) yang terbentuk 3 susun. Pada masa ini budaya seperti itu sudah terlupakan oleh masyarakat asli makassar. Masyarakat asli makassar yang berdomisili di kota Makassar mulai bercampur kebudayaaannya dengan budaya masyarakat perkotaan atau urban yang sifatnya efisien dan tidak memakan waktu lama.  Hal itu terlihat dari mulai dari upacara pemakaman yang berlangsung sangat singkat dan tidak menggunakan adat- adat yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat suku asli Makassar.
Proses enkulturasi pada masyarakat Makassar yaitu adat istiadat pada masyarakat suku makassar yang kemudian akan berkembang menjadi norma-norma dan bagian dalam kehidupan masyarakat. Norma-norma tersebut kemudian menjadi sebuah aturan yang akan menetap pada kehidupan suku asli Makassar. Ketika norma itu tidak di taati atau dipenuhi maka akan orang yang melanggarnya mungkin tidak dikenai sanksi hukum tetapi akan di berikan stigma buruk oleh masyarakat Suku Makassar

Kaitan Antara Psikologi Lintas Budaya dari Segi Moral dan Kepribadian

Pada adat istiadat suku Makassar asli dapat dilihat bahwa masyarakat suku Makassar asli sangat menghormati ritual-ritual yang harus dilakukan sebelum melangsukan suatu acara. Para masyarakat tersebut percaya bahwa dengan melakukan ritual tersebut maka akan mendapatkan perlindungan dari Tuhan dan setiap apa yang dikerjakan akan di berkahi oleh Yang Maha Kuasa. Hal ini kemudian yang membentuk perilaku manusia untuk selalu menjalankan ritual sebelum melakukan sesuatu hal yang sudah di rencanakan. Bila ritual ini tidak dilakukan maka akan membuat seseorang merasa tidak yakin dengan apa yang dikerjakan dan khawatir akan mencapai kegagalan. Dari segi moral dapat dilihat bahwa masyarakat suku asli makassar akan hidup sesuai dengan norma-norma yang diterapkan. Norma tersebut yang akan membuat seseorang menjadi lebih baik dalam bersikap dan bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat
Sumber : Berbagai Sumber

Makalah Masa Remaja


BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
Remaja merupakan salah satu periode kehidupan yang dimulai dengan perubahan biologis pada masa pubertas dan diakhiri dengan masuknya seseorang ke dalam tahap kedewasaan. Dua ratus tahun yang lalu, periode ini tidak dikenali.Kata-kata ‘remaja' belum digunakan, dan masa perkembangan hanya dibedakan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa.
            Masa remaja merupakan masa yang sangat penting, sangat kritis dan sangat rentan, karena bila manusia melewati masa remajanya dengan kegagalannya, dimungkinkan akan menemukan kegagalan dalam perjalanan kehidupan pada masa berikutnya. Sebaliknya bila masa remaja itu diisi dengan penuh kesuksesan, kegiatan yang sangat produktif dan berhasil guna dalam rangka menyiapkan diri untuk memasuki tahapan kehidupan selanjutnya, dimungkinkan manusia itu akan mendapatkan kesuksesan dalam perjalanan hidupnya. Dengan demikian, masa remaja menjadi kunci sukses dalam memasuki tahapan kehidupan selanjutnya.



B.   RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas bisa saja memunculkan beberapa pertanyaan, diantaranya sebagai berikut :
1)      Apa perumusan istilah untuk menujukkan masa remaja ?
2)      Apa pengertian dan makna remaja jika diliat dari sudut pandang yang berbeda?
3)      Bagaimana rentang usia remaja ?
C.   TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan yang diharapkan dalam makalah ini adalahsebagai berikut :
1)       Mendeskripsikan istilah untuk masa remaja.
2)      Mendeskripsikn pengertian  dan remaja jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda.
3)      Menjelaskan rentang usia remaja.
D.  MANFAAT
Harapan dibuatnya makalah ini yaitu :
1)      Agar kami mampu mengetahui istilah untuk masa remaja.
2)      Agar kami mampu memahami  pengertian dan makna remaja jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda.
3)      Agar kami mampu mengetahui rentan usia remaja.



BAB II
PEMBAHASAN
A.   PERUMUSAN ISTILAH REMAJA
Untuk menghindari kesimpangsiuran dan kesalah pahaman dalam penggunaan istilah remaja, maka penulis mengumpulkan berbagai sumber yang terpercaya diantaranya sebagai berikut :
Istilah asing yang sering dipakai untuk menunjukkan masa remaja antara lain adalah puberty (Inggris) atau puberteit (Belanda) berasal dari bahasa latin pubertas yang berarti usia kedewasaan (the age of manhood). Istilah ini berkaitan dengan kata latin lainnya pubescere yang berarti masa pertumbuhan rambut dan daerah tulang pubic (wilayah kemaluan). Penggunaan istilah ini lebih terbatas dan mennjukkan mulai berkembangnya kematangan seksual. Pubescere atau puberty sering diartikan sebagai masa tercapainya kematangan seksual ditinjau dari aspek biologisnya.
Istilah adolescentia berasal dari kata latin : Adulescentis. Dengan Adolescentia dimaksudkan masa muda. Adolescence menunjukkan masa yang tercepat  antara usia 12-22 tahun dan mencakup seluruh perkembangan pkis yang terjai pada masa tersebut.
Untuk menghindarkan kasalah pahaman dalam pemakaian istilah pubertas dan adolescensia, akhir-akhir ini terlihat adanya kecendrungan untuk memberikan arti yang sama pada keduanya. Hal ini disebaban sulitnya membedakan proses psikis pada masa pubertas dan mulainya proses psikis pada adolescensia. Di Indonesia baik istilah pubertas maupun  adolescsnsia dipakai dalam arti umum, yaitu remaja.

B.   PENGERTIAN DAN MAKAN REMAJA
Remaja itu sulit didefenisikan secara mutlak karena itu, dicoba untuk memahami remaja menurut berbagai sudut pandang, antara lain perkrembangan fisik, WHO, social psikologi, menurut beberapa ahli, dan pengertin remaja menurut pandangan masyarakat Indonesia.
a.      Remaja ditinjau dari sudut perkembangan fisik
Dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang terkait, remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin khususnya dan keadaan tubuh pada umumya memperoleh bentuknya yang sempurna dan secara faal alat-alat kelamin tersebut sudah dapat berfungsi secara sempurna pula
Masa perkembangan fisik ini berjalan kurang lebih dua tahun dan biasanya dihitung mulai menstruasi pertama pada anak wanita atau sejak anak laki-laki mengalami mimpi basah yang pertama.
Masa dua tahun ini dinamakan masa pubertas. Pada usia berapa persis masa puber ini dimulai sulit ditetapkan, oleh karena cepat lambatnya menstruasi maupun mimpi basah sangat tergantung pada kondisi tubuh masing-masing individu.
Jika menentukan titik awal dari masa remja sudah cukup sulit, menentukan  titik akhirnya lebih sulit lagi, karena remaja dalam arti luas jauh lebih besar jangkauanya dari pada masa puber sendir. Remaja yang berarti tumbuh ke arah kematangan baik secara fisik, maupun kematangan social psikologi. Dalam hubungan dengan social psikologi masih sulit mancari defensi remaja yang bersifat universal.

b.     Remaja menurut WHO
Ramaja adalah suatu masa pertumbuhan dan perkembanagan dimana :
1)   Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2)   Individu mengalami pekembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
3)   Terjadi peralihan dari ketergantungan social-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relative lebih mandiri (Mangman dalam Sarwono 1991).

c.       Remaja ditinjaau dari factor-faktor social psikologi
Salah satu ciri remaja disamping tanda-tanda seksulanya adalah perkembangan psikologis dan pada identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Puncak perkembangan jiwa itu ditandai dengan adanya proses perubahan dari kondisi entropy ke kondisi ngentropiI (Sarwono,1991).
Entropy  adalah keadaan dimana kesadaran manusia masih belum belum tersusun rapi. Walaupun isinya sudah banyak (pengetahuan, perasaan, dan sebagainya ), namun isi-isi tersebut belum saling terkait dengan baik, sehingga belum bisa befungsi secara maksimal. Isi kesadaran masih saling bertentangan, saling tidak berhubungan sehingga mengurangi kerjanya dan menimbulkan pengalaman yang kurang menyenangkan buat orang yang bersangkutan.
Selama masa remaja, kondisi entropy ini secara bertahap disususn, diarahkan, distukturkan kembali, sehingga lambat laun terjadi kondisi negative entropy atau  negentropy. Kondisi negentropy  adalah keadaan dimana isi kesadaran tersusun dengan baik, pengetahuan yang satu terkait dengan pengetahuan yang lain dan pengetahuan jelas hubungannya dengan perasan dan sikap.  Orang dalam keadaan negentropy ini merasa dirinya sebagai kesatuan yang utuh dan basa bertindak dengan tujuan yang jelas, ia tidak perlu dibimbing lagi untuk bisa mepunyai tanggung jawab dan semangat kerja yang tinggi.
Konflik-konflik dalam diri remaja yang sering sekali menimbulkan masalah  ini, tergantung sekali pada keadan masyarakat dimana remaja yang bersangkutan tinggal. Remaja yang tinggal dalam masyarakat yang menurut persyaratan yang berat untuk menjadi dewasa akan menjalani masa remaja ini dalam kurung waktu yang panjang. Biasanya hal ini terjadi dalam masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas dan atau masyarakat yang menuntut pendidikan setinggi-tingginya bagi anak-anaknya.
Sebaliknya dalam masyarakat primitive, perubahan fungsi social ini tidak dibiarkan berjalan berlama-lama. Penelitian yang dilakukan oleh Kitara 1984 (Sarwono, 1991) menemukan bahwa dikalangan suku-suku primitive yang banyak tabu seksualnya cenderung dilaksanakan ritual pubertas yaitu upacara pada saat anak menunjukkan bahwa anak  itu sudah dewasa. Dengan ritual tersebut  anak tidak lagi meragukan identitas dan perannya dalam masyarakat, ia diperlakukan harus berlaku seperti orang dewasa.
Penelitian lain yang dilakukan oleh antropologi terkenal Mead (1950) terhadap anak-anak di Samoa membuktikan bahwa anak-anak Samoa tidak mengalami kritis remaja, oleh karena masyarakat Samoa tidak membedakan anak-anak dengan orang dewasa. Dalam kehidupan seksual, orang tua di Samoa tidak menabukkan apapun kepada anak mereka.  Menurut Ruth Benedict perkembangan jiwa pada masyarakat Samoa merupakn suatu kontinuitas (kelenggangan), sedangkan di masyarakat Barat perkembangan jiwa diharapkan pada masyarakat yang memaksakan diskontinuitas (perjenjangan, pergantian peran), sehingga dituntut kemampuan penyesuaian diri pada remaja di masyarakat barat lebih banyak dari pada di masyarakat Samoa.


d.     Remaja menurut ahli
*      Menurut (Stanley Hall, 1991)
Masa remaja merupakan masa dimana dianggap sebagai masa topan badai dan stress (Storm and Stress).Karena mereka mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri, kalau terarah dengan baik maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggungjawab, tetapi kalau tidak terbimbing maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik.
*      Menurut (Yulia S. D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa, 1991)
 istilah asing yang sering digunakan untuk menunjukkan masa remaja antara lain :
a)      Puberty (bahasa inggris) berasal dari istilah latin pubertas yang berarti kelaki-lakian, kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda kelaki-lakian. Pubescence dari kata pubis (pubic hair) yang berarti rambut (bulu) pada daerah kemaluan (genetal) maka pubescence berarti perubahan yang dibarengi dengan tumbuhnya rambut pada daerah kemaluan.
b)     Adolescentia berasal dari istilah latin adolescentia yang berarti masa muda yang terjadi antara 17 - 30 tahun yang merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis dan psikososial. Proses perkembangan psikis remaja dimulai antara 12 - 22 tahun.
c)      Menurut Santrock (1998) mendefinisikan pubertas sebagai masa pertumbuhan tulang-tulang dan kematangan seksual yang terjadi pada masa awal remaja.
d)     Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 1998) usia remaja antara 12 sampai usia 23 tahun.
e)      Menurut Erikson masa remaja adalah masa yang akan melalui krisis dimana remaja berusaha untuk mencari identitas diri (Search for self - Identity) (Dariyo, 2004)

e.      Remaja menurut mata masyarakat Indonesia
Menurut Sarwono (1991) , tidak ada profil remaja Indonesia yang seragam dan berlaku secara nasional. Masalahnya karena Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat dan tingkatan social-ekonomi maupun pendidikan. Di Indonesia, kita bisa menumpai masyarakat golongan atas yang sangat terdidik dan menyerupai masyarakat di Negara-negara barat dan kita juga bisa menjumpai masyarakat semacam masyarakat di Samoa.
Sebagai pedoman umum untuk remaja Indonesia dapat digunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah. Pertimbangan-pertimbangannya adalah sebagi berikut :
*      Usia 11 tahun adalah usia di mana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai Nampak (riteria fisik)
*      Di banyak mayarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil balik, baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak (criteria social )
*      Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri (ego identity = ­ Erikson), tercapainya face genital dari perkembangan psikoseksual  (Freud), tercapainya puncak perkembangan kognitif ( Piaget) maupun moral (Kholberg) (criteria psikologik)
*      Batasan usia 24 tahun merupakan batasan maksimal, yaitu untuk memberi peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang tua, belum mempunyai hak penuh sebagai orang dewasa (secara tradisi). Golongan ini cukup banyak terdapat di Indonesia, terutama di kalangan masyrakat kelas menengah ke atas yang mempersyarakatkan sebagai hal (terutama pendidikan setinggi-tingginya) untuk mencapai kedewasaan. Tetapi dalam kenyataannya cukup banyak pula orang yang mencapai kedewasaannya sebelum usia ini.



C.           RENTANG USIA REMAJA
Rentang usia dalam masa remaja napak adanya berbagai pendapat, walaupun tidak terjadi pertentangan.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu
*      Masa  remaja awal :12 – 15 tahun,
*      Masa  remaja pertengahan : 15 – 18 tahun
*      Masa  remaja akhir 18 – 21 tahun
 Tetapi Monks (2002: 262), Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu :
*      Masa  pra-remaja 10 – 12 tahun,
*      Masa  remaja awal 12 – 15 tahun,
*       Masa  remaja pertengahan 15 – 18 tahun,
*      Masa  remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006:  192).  
Sementara itu, menurut Hurlock (2004: 206), masa remaja digolongkan menjadi:
*    Usia  13 tahun – 16 atau 17 tahun merupakan awal masa remaja
*     Usia  16 atau 17 tahun – 18 tahun merupakan akhir masa remaja

Namun, L.C.T. Bigot berpendapat bahwa ada pembagian pada masa kehidupan remaja, yakni:
*      Masa bayi (0-7 bulan) dan anak-anak (1-7 tahun)
*      Masa sekolah (7-13 tahun)
*      Social : masa pueral (13-14 tahun), masa pra pubertas (14-15 tahun)
*      Masa pubertas (15-18 tahun), masa adolescence (18-21 tahun)



BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
*      Masa remaja adalah masa yang khusus, penuh dengan gejolak karena pada pertumnuhan fisik terjadi ketidak seimbangan. Hal ini mempengaruhi perkembangan berfikir, bahasa, emosi, dan social anak.
*      Gejala onani atau mentrubasi timbul karena rangangan kematangan eksual dan dorongan untuk mendaapatkan kepuasan, yang di lain pihak merupakan tindakan untuk menhindari larangan norma social dan hukum.
*      Makna remaja banyak diartikan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, baik pihak ahli psikologi maupun pandagan masyarakat yang engaitkan dengan budayanya . secara umum anak di artikan mencapai masa remaja ditandai oleh kematangan fungsi seksual (pada wanita setiap bulan mengeluarkan sel telur dari indung telurnya dan bagi laki-laki setiap kali mimpi/ mengeuarkan air mani) dan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder.



DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, Elzabeth. (terj. Istiwidayanti,1999). Psikologi Perkembangan Edisi kelima. Jakarta: Erlangga. 


Daruma, Razak,A


Artikel Remaja, Pengertian dan Definisinya pertama kali diterbitkan dunia psikologi pada 27 November 2008.